Langsung ke konten utama

Review I : Abstrak dan pendahuluan

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI
MELALUI PEMBERDAYAAN KUD

Oleh :
Wardoyo dan Hendro Prabowo

ABSTRAK

Fenomena anjloknya harga gabah di tingkat petani berulang setiap tahun, namun
petani tidak mempunyai posisi tawar yang lebih baik. Sementara itu KUD yang diharapkan
dapat membantu membeli gabah petani baik di masa panen raya maupun panen gadu
(paceklik) tidak berdaya. Bukan hanya dari sisi pembelian gabah saja ketidakberdayaan
KUD namun juga pada saat harus bersaing dalam menyediakan pupuk dan sarana produksi
yang lain bagi petani.
Paper ini mencoba menganalisis kondisi KUD dan petani saat ini, memberikan jalan
keluar untuk meningkatkan kemampuan KUD. Pada akhirnya petani yang menjadi anggota
yang akan mendapatkan keuntungan baik dari sesi ketersediaan sarana produksi dengan
harga murah maupun harga gabah yang memadai ketika panen raya tiba. Studi ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja keuangan KUD.





Pendahuluan

Fenomena anjloknya harga gabah di tingkat petani yang berulang setiap tahun,
bahkan dua kali dalam setahun, sebenarnya dapat dilihat sebagai kejadian biasa dan kejadian
luar biasa. Disebut kejadian biasa karena sebagaimana kaidah dasar dalam ekonomi
(neoklasik) bahwa setiap musim panen dan suplai berlimpah harga cenderung mendapat
tekanan ke bawah, untuk selanjutnya pelaku meresponsnya dengan menambah permintaan
atau mengurangi suplai atau keduanya.
Anjloknya harga gabah tersebut adalah mekanisme normal saja untuk mengakomodasi cost of storage (biaya penyimpanan, penjemuran, penggilingan, dan pengolahan) dalam proses produksi beras. Semakin buruk kualitas gabah petani (kadar air, tingkat patahan, dan kotoran), semakin besar pula cost of storage tersebut dan semakin rendahlah harganya. 
Dalam bahasa ekonomi, pembelian gabah ini adalah untuk "menyebar" cost of
storage dalam proses produksi beras agar tidak semata-mata ditanggung petani dengan harga
gabah yang anjlok. Namun, "disebar" kepada pelaku lain, paling tidak para pedagang,
penggiling, dan Bulog. Benar, bahwa kualitas gabah petani panen kali ini memang buruk
sehingga diperlukan suatu "upaya ekstra" untuk mampu menyerap sebanyak mungkin gabah
yang ada. 
Apabila harga beras di tingkat konsumen tidak ikut jatuh, maka implisit di sini hanya
petanilah yang harus membayar biaya-biaya tersebut kepada para pelaku ekonomi lain dalam
seluruh rangkaian proses produksi beras: tengkulak, pedagang, penggilingan padi,
distributor, grosir, pengecer, dan bahkan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) yang baru
saja berganti nama menjadi Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Pangan Nasional (LPN).
Koperasi Unit Desa (KUD) yang diproyeksikan untuk mengamankan harga dasar,
tidak memiliki modal cukup. Termasuk mesin penggilingan yang standar dan mesin
pengering. Lembaga perbankan yang pernah dipercaya mengucurkan kredit pangan lewat
KUD, kini tidak mengeluarkan dana satu sen pun. Kondisi ini sangat ironis ketika pada awal
berdirinya KUD pada tahun tujuhpuluhan Bapak Koperasi Indonesia Bung Hatta mengkritik
pedas koperasi–koperasi Indonesia yang lebih nampak berkembang sebagai koperasi
pengurus, bukan koperasi anggota. Organisasi koperasi seperti KUD (Koperasi Unit Desa)  dibentuk di semua desa di Indonesia dengan berbagai fasilitas pemberian pemerintah tanpa
anggota, dan sambil berjalan KUD mendaftar anggota petani untuk memanfaatkan gudang
dan lantai jemur gabah, mesin penggiling gabah atau dana untuk membeli pupuk melalui
kredit yang diberikan KUD. Walhasil anggota bukan merupakan prasyarat berdirinya sebuah
koperasi.
Sementara itu kebijakan pemerintah untuk membeli gabah dari petani ketika panen
raya tiba melalui dana talangan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dirasakan tidak
efektif. Dari waktu ke waktu yang terjadi KUD selalu terlambat untuk membeli gabah petani
dengan alasan dana talangan dari pemerintah belum turun. Kondisi ini akan terus berulang
ketika pemerintah baik pusat maupun daerah tidak melakukan terobosan untuk membuat
strategi jangka pendek, menengah dan panjang.
Disisi lain untuk mengurangi risiko lebih besar, petani umumnya memilih jalan
pintas. Hasil panen mereka langsung dijual ke pedagang gabah atau tengkulak yang lebih
sigap dalam melakukan pembelian. Mereka biasanya membuka pangkalan di daerah-daerah
yang sedang panen. Transaksi pembelian tidak hanya dalam jumlah besar, tetapi juga
melayani pembelian gabah dalam jumlah kecil yang berasal dari buruh tani.
Karena bentuk usahanya yang luwes, peran tengkulak dalam perdagangan
gabah/beras selama ini tetap dominan meskipun pemerintah sudah mengembangkan aneka
lembaga ekonomi pedesaan, seperti koperasi unit desa (KUD). Bahkan, saat ditetapkan
disparitas harga tinggi antara pembelian dari KUD dan dari non-KUD (swasta), tengkulak
tetap memainkan peran melalui pola "kerja sama" antara pihak KUD dan swasta.
Peran tengkulak menjadi penting dan dibutuhkan saat petani mengalami kesulitan
memproses gabah hasil panen dan mereka menghadapi kesulitan keuangan yang mendesak,
sementara perangkat pemerintah tidak siap melakukan pembelian. Produksi gabah mereka
tidak mungkin disimpan lebih lama. Selain karena kesulitan dalam pengeringan, produksi
gabah di daerah yang mengalami panen raya akan terus bertambah sejalan makin luasnya
areal tanaman padi yang dipanen.










Nama/NPM : Mohammad Mirsad / 28211818
Kelas/TAHUN : 2EB09 / 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Akuntansi Di Asia

Nama           : Mohammad Mirsad NPM           : 28211818 Kelas          : 4EB09   ·          Perkembangan Akuntansi di ASIA 1.       Thailand 2.       Japan 3.       Cina 4.       Singapura 5.       Korea Selatan 6.       Indonesia ·          Sistem Akuntansi Thailand Ø   Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak mengalami kolonisasi.   Sistem akuntansi yang berlaku menunjukkan nilai transparansi dan informasi yang dibutuhkan investor   seperti pada negara-negara Anglo-Amerika Ø   Prinsip Akuntansi yang berlaku umum di Thailand adalah Thai GAPP berdas...

tugas 6

Pengaruh Investasi Dalam Perekonomian Suatu Negara Investasi Investasi dalam negeri pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi, yang merupakan komponen yang sangat penting dalam menyumbang pendapatan nasional dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga kredit, tenaga kerja dan kurs Rp/US$ terhadap investasi dalam negeri di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometri OLS untuk menentukan faktor- faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri di Indonesia. Analisis ekonometri menunjukan bahwa inflasi dan suku bunga kredit tidak signifikan terhadap investasi dalam negeri, sedangkan dua variabel lainnya yaitu tenaga kerja dan kurs Rp/US$ berpengaruh signifikan terhadap investasi dalam negeri di Indonesia. Saran yang diberikan dalam penelitian ini sebaiknya pemerintah menyediakan pengembangan sistem terpadu seperti dunia pendidikan, pelatihan keterampilan yang sepadan dengan kebutuhan p...

BENTUK BENTUK BADAN USAHA

BENTUK-BENTUK YURIDIS PERUSAHAAN Ada beberapa bentuk-bentuk yuridis perusahaan, yaitu: A. PERUSAHAAN PERSEORANGAN 1. Pengertian Pengertian perusahaan adalah suatu bentuk usaha yang didirikan, dimiliki, dan dikelola seseorang. Perusahaan perseorangan banyak sekali dipakai di Indonesia. Bentuk perusahaan ini biasanya dipakai untuk kegiatan usaha kecil, atau pada saat permulaan mengadakan kegiatan usaha, misalnya dalam bentuk toko, restaurant, bengkel, dll. Walaupun jumlah perusahaan yang ada relatif banyak, tetapi volume penjualan masing-masing relatif kecil jika dibandingkan perusahaan lain. Pada masa sekarang ini pemerintah lebih memperhatikan pengimbangan usaha perusahaan-perusahaan kecil sebagai salah satu strategi pembangunan. o Pengembangan perusahaan kecil melibatkan sejumlah besar sumber daya alam. o Dalam jangka pendek dapat mengatasi masalah pembagian pendapatan yang pincang dan masalah pengangguran. o Mempertinggi kemampuan produktif dari sumber daya manusia, kare...